Memuat…
Iran menuduh AS menggunakan protes Mahsa Amini sebagai sarana konsesi untuk pembicaraan nuklir. Foto/Ilustrasi
Iran telah diguncang oleh demonstrasi yang berkobar atas kematian Amini yang berusia 22 tahun pada 16 September setelah ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian yang ketat untuk wanita.
Kekerasan jalanan telah menyebabkan lusinan kematian, sebagian besar di antara pengunjuk rasa tetapi juga di antara pasukan keamanan, dan ratusan demonstran telah ditangkap.
“Amerika terus bertukar pesan dengan kami, tetapi mereka mencoba menyalakan api dari apa yang terjadi di Iran dalam beberapa hari terakhir,” kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian saat berkunjung ke Armenia, dalam sebuah video yang diposting oleh kementerian.
Membaca: Ulama Sunni Iran Menyebut Khamenei Bertanggung Jawab atas Pembunuhan 66 Demonstran, IRGC Marah
“Saya pikir mereka ingin memberikan tekanan politik dan psikologis pada Iran untuk mendapatkan konsesi dalam negosiasi,” tambahnya, merujuk pada pembicaraan tidak langsung antara Teheran dan Washington yang dimediasi oleh Uni Eropa.
“Kami tidak akan memberikan konsesi apapun kepada pihak Amerika, kami akan bergerak dalam kerangka logika dan dalam kerangka kesepakatan yang menghormati garis merah Iran,” kata Amir-Abdollahian seperti dikutip Al Araby, Minggu (23/10). 2022).
Perjanjian nuklir 2015, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA), memberikan keringanan sanksi bagi Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Perjanjian itu sebentar “mati” setelah mantan presiden Donald Trump menarik AS pada 2018. Tetapi sekali lagi, pembicaraan terputus-putus telah berlangsung sejak April 2021 dalam upaya untuk menghidupkannya kembali.
AS dan pihak Barat lainnya dalam kesepakatan itu telah memberlakukan sanksi baru terhadap Iran atas reaksinya terhadap protes Amini.