Memuat…
Rosululloh SAW menyeru orang-orang kafir untuk beriman kepada Allah SWT dan menjelaskan bahwa mereka yang menyembah berhala adalah jahil (bodoh). Karena mereka menyembah sesuatu yang tidak bisa mendatangkan manfaat dan mudharat.
Sebagai reaksi atas seruan Nabi, orang kafir Mekkah berkata kepada para sahabatnya: “Tunggu saja sampai tuhan kita membunuh atau mencelakai Muhammad dan para pengikutnya. Jika mereka telah dihancurkan atau dibunuh semuanya, tentu mereka akan berhenti menyiarkan agamanya sendiri. bebas dari gangguan, dan hasutannya.”
Allah mengkontradiksi kata-kata mereka dengan memerintahkan Nabi Muhammad SAW mengatakan ini, mengikuti kata-kata-Nya:
قُلۡ اَرَءَيۡتُمۡ اِنۡ اَهۡلَـكَنِىَ اللّٰهُ وَمَنۡ مَّعِىَ اَوۡ رَحِمَنَا ۙ فَمَنۡ
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Itu berarti: “Katakanlah (Muhammad), “Tahukah kamu jika Allah membunuhku dan orang-orang yang bersamaku atau memberikan rahmat kepada kami, (maka kami akan masuk surga), lalu siapa yang dapat melindungi orang-orang kafir dari azab yang pedih?” (Surat Al-Mulk ayat 28)
Di dalam penafsiran Kementerian Agama menjelaskan maksud ayat di atas. Nabi berkata kepada orang musyrik: “Hai orang musyrik, coba jelaskan kepadaku, manfaat apa yang akan kamu dapatkan jika shalatmu dihalalkan kepada berhala yang kamu sembah selain Allah, sedangkan aku dan semua orang beriman musnah dan mati semua? aku dan orang-orang yang beriman bersamaku membebaskanmu dari azab Allah yang kamu durhaka?
Tidakkah kalian semua ingat bahwa sudah menjadi ketetapan-Nya, hukuman tetap akan diberikan kepada setiap orang yang membangkang kepada-Nya dan selalu berbuat jahat? Apakah kamu tidak pernah memikirkan akibat dari shalatmu, hai orang-orang kafir? Jika saya dan pengikut saya semua mati dan Dia memasukkan mereka ke surga yang Dia janjikan kepada kita, apakah Anda akan dibebaskan dari hukuman Allah? Dan siapakah yang dapat membebaskan kamu dari azab Allah?”
Jawaban Rasulullah SAW sangat mengena dan mempengaruhi hati dan pikiran kaum musyrik. Karena yang menyampaikan kata-kata itu kepada mereka adalah orang-orang yang mereka percayai dan mengakui kepemimpinannya.
Dia adalah Nabi Muhammad SAW yang pernah mereka percayakan untuk menyelesaikan perselisihan yang terjadi di antara mereka. Mereka juga mengakui bahwa solusi tersebut merupakan penyelesaian yang paling tepat dan adil. Sekalipun ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad berbeda dengan keyakinan mereka, namun kepribadian Muhammad merupakan jawaban yang dapat diterima oleh orang-orang yang ingin menggunakan akalnya dengan baik.
Baca juga: Tafsir Al-Mulk Ayat 27 : Kondisi Orang-orang Kafir Ketika Hari Kiamat Sudah Dekat
Wallahu A’lam
(kanan)