memuat…
Hanya beberapa bulan setelah ChatGPT dirilis ke publik, Google telah mengumumkan chatbotnya sendiri yang disebut Bard. Foto/Pos Pertama
“Hari ini, kami mengambil langkah maju dengan membukanya (Bard). Kami masih melakukan uji coba hingga dipercaya sebelum tersedia secara luas untuk masyarakat umum dalam beberapa minggu mendatang,” kata CEO Google Sundar Pichai seperti dikutip laman thenewsdaily, Selasa (7/2/2023).
Ada banyak desas-desus seputar teknologi AI (kecerdasan buatan) seperti ChatGPT yang menggemparkan dunia pada akhir tahun 2022. Sorotan utama adalah bagaimana teknologi ini dapat mengganggu institusi, terutama pendidikan.
Baca juga; Temui ChatGPT, Bot Teks Kecerdasan Buatan Viral
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Dr Armin Alimardani, dari Fakultas Hukum Universitas Wollongong, meneliti dampak sosial, etika, dan hukum dari teknologi baru seperti AI. Dia menyatakan keprihatinan tentang potensi konsekuensi negatif dari teknologi Google yang telah lama diperdebatkan, dan mempertanyakan kesiapannya.
“Kita tidak boleh lupa bahwa salah satu tujuan utama penelitian AI adalah meningkatkan kualitas hidup individu dengan membuat tugas menjadi lebih mudah dan efisien,” katanya. Tentunya dampak teknologi AI dapat mengambil alih pekerjaan manusia.
ChatGPT telah dilarang di sekolah-sekolah di Australia dan luar negeri, tetapi beberapa ahli berpikir sudah waktunya untuk merangkul teknologi AI. Tidak hanya dalam konteks pendidikan, tetapi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca juga; Produk Teknologi AI Google Lyrics Setelah Memotong 12.000 Pekerja
“Saya pikir pertanyaan apakah teknologi tertentu akan membuat kita kehilangan pekerjaan, sejarah telah menunjukkan bukan itu masalahnya. Saya pikir itu hanya sifat pekerjaan yang akan berubah,” kata Profesor Kok-Leong Ong, Direktur Enterprise AI dan Data Analytics Hub RMIT.
(wib)