BKSAP DPR: Indonesia berkomitmen atasi perubahan iklim

Indonesia merupakan negara super power dalam menanggulangi perubahan iklim.

Jakarta (Partaipandai.id) – Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI Putu Supadma Rudana menegaskan Indonesia berkomitmen penuh untuk mengatasi perubahan iklim.

Dia menjelaskan, sebagai buktinya, pemerintah telah mengalokasikan sekitar 4,1 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebagai upaya penurunan emisi.

“Kami mengajukan strategi jangka panjang ‘Low-Carbon and Climate Resilience 2050’ (LTS-LCCR 2050) ke sekretariat United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada Juli 2022,” kata Putu dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu.

Demikian disampaikan Putu di Standing Committee on Sustainable Developments dalam rangkaian sidang Inter Palliamentary Union (IPU) ke-145 di Kigali, Rwanda.

Putu menjelaskan, pada September 2022, Indonesia telah mengajukan “Enhanced NDC” yang merupakan dokumen yang menyatakan peningkatan target penurunan emisi negara dari 29 persen menjadi 31,89 persen melalui sumber daya dan kemampuan sendiri dari 41 persen menjadi 43,20 persen.

Menurutnya, Indonesia merupakan negara super power dalam menanggulangi perubahan iklim, sehingga mendorong dunia untuk menyiapkan “Climate Fund” sebesar 100 miliar dolar AS untuk menanggulangi perubahan iklim.

Ia juga menyampaikan target penurunan emisi di sektor pemanfaatan hutan dan penggunaan lahan (FOLU) yang diperkirakan mencapai hampir 60 persen dari total target penurunan emisi gas rumah kaca.

“Secara umum, Indonesia berkomitmen dan memberikan perhatian khusus pada program-program untuk mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, degradasi lahan, penurunan kualitas air laut, penggundulan hutan, polusi, limbah, dan kerawanan pangan serta keamanan dan aksesibilitas air bersih, ” dia berkata.

Politisi asal Bali itu menjelaskan, Indonesia sudah mulai menerapkan kebijakan energi hijau, seperti percepatan penggunaan kendaraan listrik dan pengembangan bahan bakar B40 yang mengandung 40 persen biofuel sawit dan 60 persen solar.

Putu mengakui bahwa Indonesia adalah penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kelima di dunia dan penyumbang emisi berbasis hutan terbesar, tetapi memiliki bentangan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia.

Oleh karena itu, ia menekankan bahwa Indonesia memiliki peran penting untuk menjadi negara super power dalam menanggulangi perubahan iklim.

“Indonesia mampu mengurangi emisi dan deforestasi secara signifikan. Namun, masih membutuhkan dukungan dan kontribusi internasional dan sektor kehutanan telah berkontribusi 60 persen untuk mencapai target net-zero emission,” ujarnya juga.

Dalam forum tersebut, Putu mengatakan bahwa Indonesia sedang mendorong regulasi kehutanan global yang permanen dan tidak mengikat untuk menjaga fleksibilitas pemerintah dalam pengelolaan hutan lestari.

Baca juga: Dampak perubahan iklim sebagian besar dirasakan oleh perempuan dan anak-anak
Baca juga: Demonstran menuntut IMF, Bank Dunia untuk mengatasi perubahan iklim

Wartawan: Imam Budilaksono
Redaktur: Budisantoso Budiman
Redaksi Pandai 2022

Sumber

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *