Filosofi hidup melalui pertunjukan teater “Kesalahpahaman”

Masalahnya adalah mengatur waktu, karena masing-masing sibuk

Mataram (Partaipandai.id) – Sanggar Teater Tastura asal Lombok Tengah menampilkan pertunjukan teater karya Max Arifin dengan judul “Kesalahpahaman” pada acara Gerakan Teater Insomnia di Gedung Teater Tertutup, Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (5/ 10) malam.

Pertunjukan yang disutradarai oleh Syahirul Alim dan dimainkan oleh dua pemain yaitu Lalu Pupuh dan Ilham yang bercerita tentang Si Buta dan Si Pincang yang mengajarkan arti bahwa harapan, kegagalan, dan penderitaan akan selalu hadir dalam kehidupan manusia.

Namun, itu bukan alasan untuk mati begitu saja, cara menghadapinya adalah dengan bertahan hidup.

Baca juga: Mobile Theatre menampilkan cerita rakyat Bali Calonarang di lima kota

“‘A Misunderstanding’ adalah pertunjukan yang sulit untuk ditampilkan karena referensi tidak mudah didapat,” kata sutradara, Syahirul Alim.

Selain itu, tuntutan aktor juga menjadi tantangan karena pesan-pesan tersebut harus disampaikan kepada penonton.

Jadi, jika tidak dilakukan dengan baik, pertunjukan akan terlihat monoton, katanya.

Pertunjukan dimulai dengan si buta memainkan harmonika secara sumbang, dan si lumpuh datang dengan menggunakan kursi rodanya dan mendekati si buta.

Baca juga: Panggung “Under The Volcano” akan digelar di Ciputra Artpreneur

Orang buta menerima harapan dari orang lumpuh, tetapi harapan itu dihancurkan oleh orang lumpuh. Di penghujung acara, The Lame and the Blind akhirnya kembali bersama.

Para aktor pertunjukan ini adalah aktor senior di Teater Tastura. Syahirul mengatakan, proses rehearsal berlangsung selama satu bulan sebelum hari pertunjukan

Ia juga menyebutkan bahwa kendala terbesar selama proses pelatihan adalah alokasi waktu karena baik aktor maupun tim memiliki jadwal sibuk masing-masing.

“Masalahnya adalah mengatur waktu, karena masing-masing memiliki jadwal yang padat,” ujarnya.

Syahirul berharap akan lebih banyak lagi kegiatan seperti ini agar masyarakat luas bisa mengenal dan mengapresiasi para pelaku teater.

Baca juga: Theater 16 sukses berkolaborasi dengan Max Arifin

Baca juga: “Badai Malam” Max Arifin Menghibur Masyarakat Teater Mataram

Baca juga: Monolog “Di Ujung Sejarah” menghidupkan kembali kisah pelukis Emiria Soenassa

Reporter: Elsa*Ajeng*Elvi*Nofa
Redaktur : Suryanto
Redaksi Pandai 2022

Sumber

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *