Jakarta (Partaipandai.id)) –
Hasto dalam orasi ilmiah bertajuk “Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional” kepada lulusan ke-127 Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu, mengatakan Sumbar pernah dirancang sebagai pintu gerbang kemajuan Indonesia di Samudera Hindia.
Berdasarkan model kepemimpinan ini, Soekarno membangun koridor strategis untuk kemajuan nusantara. Sumatera Barat, misalnya, dirancang sebagai pintu gerbang kemajuan Indonesia di Samudera Hindia. Karena Soekarno mencita-citakan bagaimana Indonesia akan hadir sebagai ‘the major kekuatan’ di Samudera Hindia,” kata Doctor of Sciences. Universitas Pertahanan (IDU).
Baca juga: Hasto: Bangsa Indonesia harus berani menatap masa depan
Melihat potensi yang sangat besar di Sumbar, lanjut Hasto, hegemoni kekuatan pertahanan Indonesia untuk menjaga keamanan maritim di Samudera Hindia menempatkan Sumbar sebagai kawasan yang sangat penting dan strategis.
“Pertanyaannya, mengapa Soekarno membangun doktrin agar Indonesia menjadi negara terkuat di Kawasan Samudera Hindia? Hal ini tidak terlepas dari kepemimpinan intelektual yang sudah menjadi bagian dari budaya Minang, mengingat Pola Pembangunan Alam Semesta Dipimpin oleh Prof. Moh Yamin,” kata Hasto dalam siaran persnya.
Hasto kemudian menjelaskan bagaimana dalam peta geopolitik kawasan Indo-Pasifik, Samudera Hindia menjadi pusat perebutan hegemoni negara-negara maju. AS membangun 13 pangkalan militer. Inggris, Australia, Malaysia dan Singapura membentuk aliansi pertahanan.
Bagi India, Samudra Hindia dipandang sebagai jalur transportasi yang hangat. Bagi China, kawasan ini juga sangat penting dengan menjadikan Myanmar sebagai pintu gerbang kepentingan China di Samudera Hindia. Dari perspektif geo-ekonomi, Samudera Hindia merupakan kawasan dimana 70 persen jalur perdagangan dunia berada. Daerah ini merupakan jalur utama minyak dan gas.
“Dengan demikian, secara geopolitik, geostrategis, dan geoekonomi Samudera Hindia sangat penting bagi kepentingan nasional Indonesia. Untuk itulah Sumbar harus dikembangkan dari perspektif geopolitik,” kata Hasto.
Lalu bagaimana Sumatera Barat dengan pandangan geopolitik Soekarno bisa cepat mengejar dan bergerak progresif untuk kemajuan bangsa? Hasto mengatakan kuncinya adalah perspektif “outward looking” dan kepemimpinan strategis.
“Untuk mencapai itu, nilai-nilai yang hidup sebagai bagian dari ‘strategic culture’ seperti Tungku Tigo Sajarangan, sangat penting untuk membangun keunggulan dengan akting keluar,” ujar pria asal Yogyakarta ini.
Dalam misi tersebut, Universitas Negeri Padang memiliki tugas sejarah, yaitu bagaimana mempercepat transformasi kemajuan melalui penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mengutamakan riset dan inovasi.
“Hanya dengan cara ini kepemimpinan Sumbar bagi Indonesia dan dunia dapat dihidupkan kembali,” kata Hasto.
Ia juga mengingatkan para pemuka agama, tokoh adat dan tokoh intelektual untuk berperan penting dalam menyatukan semangat kemajuan.
Reporter: Syaiful Hakim
Editor: Tasrief Tarmizi
Redaksi Pandai 2022