Jakarta (Partaipandai.id) – Salah satu peluang yang dapat diambil Indonesia dari menjadi ketua Kelompok 20 (G20) adalah kesempatan untuk menunjukkan ekosistem digitalnya kepada sesama anggota G20 agar lebih tertarik dengan Indonesia.
Indonesia dan anggota G20 lainnya memiliki modal yang membuat satu sama lain tertarik untuk mengembangkan ekosistem digitalnya.
Hal ini karena G20 tidak hanya menyumbang 80 persen produk domestik bruto dunia, 75 persen perdagangan internasional, dan 60 persen populasi global, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam memajukan lingkungan digital yang dapat membuat transformasi digital Indonesia lebih luas. , memberdayakan semua orang, dan berkelanjutan.
Cluster teknologi utama seperti Silicon Valley, Shenzhen-Hong Kong Greater Bay Area, Cambridge Cluster, Rhine-Main-Neckar, Silicon Cape dan Bengalore, termasuk dalam G20.
Baca juga: Menperin Tekankan Transformasi Digital Sektor Industri di TIIMM G20
Bahkan para pemain teknologi besar, kebanyakan di negara-negara anggota G20, termasuk lima besar; Alfabet, Amazon, Apple, Microsoft dan Meta. Hal yang sama berlaku untuk raksasa teknologi Asia seperti Tencent dan Alibaba Group.
Mereka menjadi pemimpin bisnis teknologi global yang dominan dengan kapitalisasi raksasa hingga tiga triliun dolar AS untuk satu perusahaan.
G20 juga menjadi yang terdepan dalam menghadirkan sistem keuangan digital yang penting dalam menciptakan ekosistem digital yang kuat dan berkelanjutan, khususnya teknologi keuangan (tekfin) dan perbankan digital.
Untuk tekfinmengutip laporan Pusat Keuangan, Teknologi dan Kewirausahaan, 18 dari 20 tekfin dengan valuasi terbesar di dunia hingga Januari 2022 di negara-negara G20, termasuk GoTo Gojek, Tokopedia di Indonesia yang menempati peringkat 14 dengan valuasi US$35 miliar. Tiga besar ditempati oleh Visa, Mastercard dan Ant Financial dengan valuasi antara US$451 miliar hingga US$312 miliar.
Bahkan dengan bank digital. Menurut TAInsights dan The Asian Banker, sepuluh bank digital terbesar di dunia berada di negara-negara G20, termasuk tiga besar; WeBank di China, Ally Bank di AS, dan ING (Global) di Uni Eropa (Belanda).
Baca juga: Kemendag: Bangun ekonomi digital dengan kebijakan perdagangan yang inklusif
Redaksi Pandai 2022