Media sosial bukan sekedar gaya hidup, sudah menjadi kebutuhan
Jakarta (Partaipandai.id) – Seperti halnya masyarakat pada umumnya, di dunia digital kompetensi budaya juga dibutuhkan agar netizen bijak dalam berinteraksi di media sosial.
Kompetensi budaya dengan media digital adalah kemampuan individu untuk membaca, menguraikan, membiasakan, menelaah, dan membangun wawasan kebangsaan, serta mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di ruang digital, ujar dosen Fakultas Ilmu Komunikasi , Universitas Islam Bandung, Santi Indra Astuti.
“Ada empat tantangan dalam membentuk budaya media digital,” kata Santi dalam webinar “Indonesia semakin digital” yang diadakan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk komunitas digital di wilayah Bali – Nusa Tenggara, Kamis malam.
Santi menjelaskan, tantangan pertama adalah membangun karakter di ruang digital, yakni menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai landasan keterampilan digital.
Dalam hal ini, lanjut Santi, termasuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pedoman karakter dalam beraktivitas di ruang digital.
Tantangan kedua adalah membentuk identitas di ruang digital. Identitas dalam ruang budaya digital, kata Santi, sebenarnya tidak berbeda dengan budaya non-digital. Namun, seringkali perilaku di dunia digital berbeda dengan dunia non-digital.
Selanjutnya, ketiga, yaitu memperkuat ekonomi digital dengan mengubah kerangka berpikir menuju ekonomi digital, menumbuhkan kreativitas, meningkatkan produktivitas, menjaga keamanan, dan saling melindungi dari ancaman cybercrime.
Terakhir, keempat, menumbuhkan kecintaan dan kebanggaan terhadap karya anak bangsa, mengutamakan dan bangga dengan produk dalam negeri. “Memberi masukan positif, ikut berpromosi, menjadi pelaku usaha, dan tidak mengkonsumsi secara berlebihan,” imbuhnya.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi dan mitra jaringan lainnya.
Kegiatan yang rencananya akan digelar hingga awal Desember ini diharapkan mampu memberikan arahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Sejak diselenggarakan pada tahun 2017, GNLD telah mencapai 12,6 juta orang. Pada tahun 2022, Kementerian Komunikasi dan Informatika menargetkan dapat memberikan pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga.
Pelatihan literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten selalu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama, yaitu keterampilan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital untuk membuat masyarakat Indonesia lebih mampu secara digital.
Dari perspektif etika digital (etika digital), praktisi penyiaran Ari Utami menambahkan, dunia kini telah memasuki era masyarakat 5.0. Ciri utama masyarakat 5.0 ditandai dengan penggunaan internet dan media sosial di segala bidang kehidupan (Internet of Things – IoT).
“Internet dan media sosial bukan hanya sekedar gaya hidup, tetapi sudah menjadi kebutuhan hidup,” kata Ari Utami.
Ari mengatakan era masyarakat 5.0 juga ditandai dengan banjir informasi, overdosis informasi, dan obesitas informasi. Namun kondisi tersebut belum diimbangi dengan pemahaman dan kesadaran akan perilaku penggunanya.
“Banyak perilaku pengguna digital yang belum memahami etika internet (netiket). Untuk itu diperlukan literasi digital,” kata Ari Utami.
Baca juga: Kemenkominfo Gandeng FHUI Berikan Literasi Digital untuk Sektor Keuangan
Baca juga: Penguasaan kunci literasi teknologi UKM “go digital” dan internasional
Baca juga: Pentingnya menjaga etika di dunia maya, menjaga kerukunan dan persatuan
Wartawan: Suryanto
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Redaksi Pandai 2022