Jakarta (Partaipandai.id) – Sebelum pandemi melanda, masyarakat di Indonesia biasanya rajin menggelar lomba khusus pada 17 Agustus untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Lomba 17’s yang biasanya diikuti oleh anak-anak hingga orang dewasa dengan tingkat kesulitan yang bervariasi ini menjadi kenangan indah yang tak terlupakan bagi penyanyi Dira Sugandi.
“Itu sesuatu yang meninggalkan kesan seumur hidup, tidak akan terjadi lagi, apalagi sekarang sudah jarang karena pandemi,” kata Dira kepada Partaipandai.id di Jakarta, Senin.
Sebagai seorang anak, Dira selalu antusias menyambut 17 Agustus. Dia menyiapkan sepedanya yang dihias untuk bersiap-siap untuk pawai kemerdekaan. Lomba-lomba di sekitar rumahnya harus selalu diikuti dengan semangat.
Baca juga: Menyanyikan kembali “One Love”, DIRA mengalami depresi
Lomba favorit Dira? Balap karung yang membutuhkan ketangkasan dalam melompat dengan setengah badan di dalam karung adalah salah satu yang disukainya.
“Kalau soal makan kerupuk, saya tidak pandai,” dia tertawa.
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Kompetisi lain yang membutuhkan kerja sama tim relatif lebih sulit, tetapi juga lebih menghibur. Sebut saja balapan balap sambil memakai bakiak. Jika ada satu orang yang tersandung dan jatuh, otomatis rekan satu timnya juga ikut terjatuh.
“Saya juga senang melihat lomba panjat pinang, melihat pinang yang merosot sangat keras.”
Dira Sugandi belum lama ini menjajal pertunjukan monolog memerankan pelukis Emiria Soenassa dalam episode berjudul “Yang Tertinggal di Jakarta” yang termasuk dalam serial monolog “Di Ujung Sejarah”. Monolog ini menceritakan tentang tokoh-tokoh yang sejarahnya tidak diketahui secara luas, namun sebenarnya telah berjasa bagi Indonesia.
Musim kedua dari seri monolog berjudul “Yang Tertinggal di Jakarta” yang ditulis oleh Felix K. Nesi dan disutradarai oleh Sri Qadariatin.
Pertunjukan ini menceritakan kisah Emiria Soenassa, pelukis wanita pertama di Indonesia yang hidup pada tahun 1895-1964.
Sosok tersebut digambarkan sebagai pemikir revolusioner dan dikatakan memiliki kedudukan yang setara dengan Chairil Anwar dan Kartini.
Baca juga: Takut tapi penasaran, Dira Sugandi mencoba monolog
Baca juga: DIRA benci tapi rindu hidangan lebaran
Baca juga: DIRA mengungkapkan nama kolaborasi paling berkesan dalam karirnya
Reporter: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosario Dwi Putri
Redaksi Pandai 2022