Jakarta (Partaipandai.id) – Museum MACAN (Modern and Contemporary Art in Nusantara) mengumumkan pameran baru bertajuk “here, etc.” menampilkan lukisan karya seniman ternama mulai dari Raden Saleh hingga Walter Spies.
Dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Selasa, pihak museum mengatakan bahwa istilah “dll” yang digunakan dalam judul pameran merujuk pada kalimat dalam teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan oleh presiden pertama Republik Indonesia. , Soekarno.
Pada pameran tersebut, istilah “dll” menjadi titik awal untuk terlibat dalam beberapa perbincangan kompleks yang muncul tentang manifestasi kekuasaan di ruang publik dan hubungannya dengan lanskap dan kedaerahan Indonesia.
“Referensi ‘dan yang lain’ secara puitis memungkinkan kita untuk memposisikan gagasan lokalitas yang beragam dan terkadang bertentangan ke dalam diskusi saat ini. Dengan kesadaran bahwa ada banyak percakapan penting yang perlu dikedepankan,” ujar Direktur Museum MACAN Aaron Seeto.
Baca juga: Selami kehidupan melalui karya Chiharu Shiota “The Soul Trembles”
Aaron menambahkan, pameran “here, etc” ini mengingatkan kita bahwa persoalan identitas, kepemilikan dan keterikatan pada suatu wilayah merupakan proses yang berkesinambungan.
Pameran “di sini, dll” adalah dari koleksi Museum MACAN yang menggambarkan pemandangan alam. Misalnya lukisan “Pemandangan Hindia” (1853) dan “Stasiun Surat Jawa” (1879) karya Raden Saleh yang menggambarkan pengalaman kolonial.
Kedua lukisan karya Raden Saleh ini sangat kontras dengan “Pemandangan Seberang Sawah Menuju Gunung Agung” (1939) karya Walter Spies yang menggambarkan imajinasi Eropa tentang Bali yang mistis, sensual, dan sinematik.
Ada pula karya S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Affandi, Itji Tarmizi, Sudjana Kerton, dan seniman Indonesia lainnya yang hadir pada masa kemerdekaan Indonesia dari penjajahan.
Karya-karya mereka menandai sejumlah cara yang digunakan seniman untuk merepresentasikan rakyat jelata dalam bentuk lukisan dan menjadi upaya untuk mendefinisikan identitas nasional yang mencerminkan pengalaman sosial dan budaya lokal.
Pameran ini juga menampilkan karya-karya Adrien-Jean Le, Ahmad Sadali, Alexander Sebastianus, Arahmaiani, Ashley Bickerton, Ay Tjoe Christine, Djoko Pekik, Dullah, FX Harsono, Handiwirman Saputra, I GAK Murniasih, I Gusti Nyoman Lempad, Irfan Hendrian, Jeihan Sukmantoro , Lee Man Fong, Maryanto, Miguel Covarrubias, Nadiah Bamadhaj, Rudi Mantofani, Rudolf Bonnet, Rusli, Sunaryo, Theo Meier, Trubus Soedarsono, and Widayat.
Baca juga: Jelajahi peta sejarah Cikini dengan “wisata jalan kaki”
Baca juga: Gara-gara “Mencuri Raden Saleh”, Angga Yunanda tertarik belajar IT
Baca juga: Merawat sejarah maestro lukis dunia di Benteng Pakuan Pajajaran
Reporter: Rizka Khaerunnisa
Editor: Natisha Andarningtyas
HAK CIPTA © Partaipandai.id 2023