Jakarta (Partaipandai.id) – Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi Djarot Saiful Hidayat mengatakan partainya akan menggunakan sistem demokrasi terpimpin dari tingkat DPC untuk menekan praktik politik uang atau politik uang. politik uang di kalangan kader.
“PDIP memiliki pengalaman panjang dalam proses rekrutmen pimpinan struktur partai baik di tingkat DPC (Kota/Kabupaten) maupun DPD (Provinsi). Tidak ada pemungutan suara untuk mencegah politik uang,” kata Djarot di sela-sela kegiatan Pembekalan dan Penguatan Anti Korupsi terhadap 27.802 caleg (DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota) dalam rangka persiapan Pemilu 2024 di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu.
Dulu, lanjut Djarot, pencalonan ketua DPC berdasarkan dukungan suara dari PAC (pengurus cabang/kecamatan). satu orang, satu suara, satu nilai.
“Di situlah proses transaksi berlangsung, sehingga akan dipilih orang yang paling banyak mendapat dukungan dari PAC atau akar cabang. Untuk menjadi calon ketua DPC bisa menghabiskan miliaran rupiah,” kata Djarot.
Pola seperti itu, kata Djarot, akan diubah dengan pola demokrasi terpimpin.
“Dengan demokrasi terpimpin, upaya suap tidak lagi dilakukan. Kami mengambil pendekatan yang lebih ilmiah dan bertanggung jawab. Kami melakukan tes psikologi, kami melihat rekam jejak mereka, disaring dan dikembalikan kepada mereka,” jelas Djarot.
Diharapkan kader di tingkat cabang dapat memilih dan menentukan secara musyawarah untuk mufakat.
“Bila musyawarah mufakat tidak tercapai, maka pencalonan akan diambil alih oleh DPP Partai. Dengan demikian, proses pencalonan ketua partai dilakukan secara transparan dan tidak ada politik uang,” kata mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Karena itu, Djarot berharap pimpinan partai daerah menjadi sosok yang berintegritas karena dipilih berdasarkan track record yang jelas, hasil psikotes, dan musyawarah mufakat.
“Sistem demokrasi kita masih digunakan satu orang, satu suara, satu nilai dengan sistem proporsional terbuka. Oleh karena itu, biaya politik yang sangat tinggi membuka peluang yang luas bagi siapapun yang terpilih sebagai calon kepala daerah dan calon legislatif uang politik,” dia berkata.

Sementara itu, Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, pihaknya membuat sistem untuk memperkuat semangat antikorupsi di dalam partai.
PDIP membangun sistem melalui aturan partai politik yang ketat untuk mencegah perilaku kader korup.
“Telah melakukan terobosan pentingnya aspek pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan membangun kesadaran sistemik dengan membuat peraturan partai,” ujar Hasto yang juga dikenal sebagai dosen Universitas Pertahanan (Unhan).
Hasto mengatakan PDI-P sudah membangunnya sistem merit agar tidak menimbulkan biaya yang besar dalam pencarian ketua DPD hingga DPC partai politik berlambang banteng tersebut.
PDIP, kata dia, tidak menggunakan sistem itu satu suara orang, satu suara dalam menentukan ketua DPD dan DPC partai merah.
“Menggunakan sistem merit“Tapi dengan mengedepankan demokrasi, PAC bisa mengajukan calon ketua DPC, lalu katakanlah ada 20 calon, disaring melalui psikotes,” ujar Hasto.
Ia mengatakan, proses psikotes dilakukan oleh DPP PDIP. Kemudian, pengurus partai di tingkat pusat akan mengembalikan beberapa nama calon ketua DPD dan DPC kepada pengurus partai politik di tingkat provinsi hingga kabupaten atau kota.
Hasto mengatakan, nama yang diajukan dari DPP ke DPD dan DPC PDIP biasanya tiga orang. Pengurus partai politik di tingkat provinsi hingga kabupaten atau kota kemudian menggelar musyawarah untuk mencari Ketua DPD dan DPC PDIP.
“Tiga kita kembalikan ke daerah, kita larang mencoblos, mencoblos langsung itu pilpres. Sekali kita larang mencoblos, tidak ada politik uang dibawah. Kemudian mereka berebut siapa yang akan menjadi ketua, sekretaris, dan bendahara,” ujarnya.
Hasto mengatakan, sistem yang dibangun PDIP dalam mencari Ketua DPD dan DPC berdampak positif. Utamanya, dalam upaya partai politik membangun kantor di berbagai daerah dalam dua tahun terakhir.
“Kami berhasil membangun 112 kantor partai dan itu milik partai, tidak bisa diperjualbelikan. Mengapa kami bisa membangun 112 kantor partai, karena pemilihan Ketua DPC dan Ketua DPD hanya membutuhkan biaya psikotes. Ini merupakan salah satu contoh bagaimana semangat antikorupsi diterjemahkan melalui peraturan partai,” ujarnya.
Reporter: Syaiful Hakim
Editor: Didik Kusbiantoro
Redaksi Pandai 2022