Saat ini banyak calon Pilwali Surabaya yang tenggelam, hanya menyisakan beberapa calon yang masih eksis. Salah satu yang masih eksis adalah Lia Istifhama.
SURABAYA, Partaipandai.id – Di antara 19 pilkada yang digelar di Jawa Timur, Pilkada Surabaya merupakan yang paling bergengsi dan menyedot perhatian publik. Tak heran jika banyak calon yang mencalonkan diri. Ada puluhan calon walikota dan wakil walikota yang sudah mendeklarasikan diri sejak setahun lalu. Namun, kini banyak calon yang tenggelam dan hanya menyisakan beberapa calon yang masih eksis. Salah satu yang masih eksis adalah Lia Istifhama.
“Alhamdulillah saya masih bisa eksis di bursa pilkada Surabaya karena relawan. Dulu saya disebut calon Bonek, alhamdulillah. Saya ambil sisi positifnya, wong saya memang asli Suroboyo. Yang terpenting, waktu sudah membuktikan siapa saja yang masih bisa berjalan sampai sekarang. Bagi saya “Fakta ini penting untuk disampaikan kepada masyarakat bahwa ojo wedi bekerja, karena bekerja tidak harus kaya, tidak harus dilakukan. Kalau kita niat berbuat baik, yakinlah rejeki itu opo jare sing lukis lombok,” kata Lia saat dihubungi melalui telepon seluler, Kamis (2/7).
Wanita yang akrab disapa Ning Lia ini melanjutkan, ia melihat seorang pemimpin sebagai siroh (kepala) dan ekor (tail). Jika seseorang berada pada posisi sebagai kepala, maka penting baginya sebagai pelindung yang harus merawat dan ikhlas kepada yang berada di belakang. Dalam proses pemilu ini, beberapa kali ada calon yang ingin bersinergi dengannya. Ia selalu mengatakan, agar menjalin hubungan baik dengan para relawan. Karena tidak mungkin dia menerima lamaran tapi menafikan perjuangan dan kebaikan para relawan.
“Kalau cuma mau sayang, yaitu mengambil jaringan tanpa berusaha memahami, mengapa jaringan ini kuat? Jadi saya yakin orang-orang seperti itu sangat sulit menjadi pemimpin yang memiliki akar rumput yang kuat. Saya rasa tidak. Keren kalau orangnya besar di permukaan tapi lemah di akarnya,” kata putri mendiang KH Masykur Hasyim ini. Sosok milenial yang dikenal sebagai aktivis di berbagai organisasi itu menambahkan, kekuatan jaringan relawan yang masih dimilikinya itu penting. Mereka bukan sekedar pendukung tapi sudah seperti keluarga besar, karena selalu ramah dan kompak. Apalagi dirinya dan para relawan memiliki proses yang panjang, sejak Pilgub Jatim 2018 yang dipimpin Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto Dardak sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim. (mdr/ns)