memuat…
Penyebaran agama Islam di pulau Jawa khususnya di Jawa Timur pada masa Majapahit tidak berjalan mulus. Penyebaran ajaran Islam menghadapi tantangan, terutama karena kuatnya pengaruh agama Buddha. Foto ilustrasi
Kisah paling terkenal terkait hal ini adalah perang antara Bathara Katong dan Ki Ageng Kutu yang konon sudah bertahun-tahun saling berperang. Siapa Bathara Katong dan Siapa Ki Ageng Kutu?
Dikutip dari buku “Cerita Brang Wetan: Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan”, terjemahan Karsono Hardjoseputro, kedua tokoh itu dikisahkan sebagai berikut. Baca juga: Menag Tandatangani Kuota KMA Haji Tahun 2023, Ini Rincian Jumlah Jemaah Tiap Provinsi
Bathara Katong atau dikenal juga dengan Lembu Kanigoro adalah putra dari Bhre Kertabumi atau Brawijaya V, yaitu Raja Majapahit terakhir dan selirnya, Putri Campa yang beragama Islam. Bathara Katong adalah Adipati Ponorogo (zaman Kerajaan Demak) pertama yang memiliki julukan Raden Joko Piturun atau Raden Harak Kali.
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Konon, istilah Bathara mengacu pada perbuatan dewa yang menyerupai tanduk. Sedangkan Katong adalah salah pelafalan yang seharusnya Katon atau terlihat. Dari silsilah ajaran Bathara Katong Islam tersebar di Ponorogo hingga Kabupaten Pacitan.
Namun, upaya penyebaran Islam bukan tanpa hambatan. Konon, saat itu, pada awalnya penyebaran ajaran Islam berlangsung lancar. Artinya pada saat itu Bathara Katong sering menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat Jawa yang masih memeluk agama Hindu dan Budha namun belum mendapat perlawanan.
Misalnya, saat Bathara Katong dari Demak bergerak ke arah tenggara, tiba di Desa Plampitan yang saat ini menjadi Desa Setono di Kota Ponorogo. Di desa itulah konon Bathara Katong dan prajuritnya mengajarkan Islam kepada orang Jawa yang masih beragama Budha.
Sikap warga saat itu juga senang dengan agama Islam yang disiarkan oleh Bathara Katong dan para pengikutnya. Merasa diterima oleh warga setempat, Bathara Katong kemudian bergerak ke selatan, menduduki Desa Nglangu, mendekati kota Ki Ageng Kutu. Ki Ageng Kutu atau dengan nama lain Ki Demang Kutu Suryo Alam yang konon merupakan kerabat dekat Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit.
Konflik bermula di desa ini, ketika Bathara Katong juga mengajarkan agama Islam. Awalnya, penyiaran Islam berjalan lancar. Seiring berjalannya waktu, Nakun, Bathara Katong, menasihati Ki Ageng Kutu untuk masuk Islam dan meninggalkan agama Buddha. Permintaan itu ditolak oleh Ki Ageng Kutu karena merasa cocok dengan ajaran Buddha.
Ki Ageng Kutu tidak melarang siapapun di daerahnya untuk masuk Islam. Namun jawaban Ki Ageng Kutu tidak diterima oleh Bathara Katong. Ia terus memaksa Ki Ageng Kutu untuk memeluk Islam. Sengketa yang awalnya tertutup ini akhirnya berubah menjadi konflik terbuka. Perang antara keduanya tak terhindarkan.