Jakarta (Partaipandai.id) – Sebuah laporan dari Global Mobile Communications Systems Association (GSMA) menyebutkan bahwa cakupan jaringan 5G akan meningkat di seluruh kawasan Asia Pasifik, namun kesenjangan penggunaan akan tetap signifikan.
Dikutip dari Indian Express, Minggu, jaringan pita lebar mencakup sekitar 96 persen dari populasi di wilayah tersebut. Namun, hanya 44 persen dari populasi (1,23 miliar pengguna) yang menggunakan layanan internet seluler.
Menurut laporan GSMA, alasan perbedaan ini termasuk kurangnya keterampilan digital, keterjangkauan, dan masalah keamanan berselancar dunia maya. “Menutup kesenjangan penggunaan dan memperluas manfaat internet ke lebih banyak orang di masyarakat sangat penting,” kata Kepala GSMA Asia Pasifik Julian Gorman.
❤Baca juga: 10 fitur Galaxy S22 Ultra 5G untuk mengambil foto mobil dalam kondisi “kurang cahaya”
“Namun, itu akan membutuhkan upaya bersama oleh banyak pemangku kepentingan, bekerja sama dengan operator seluler dan pemain ekosistem lainnya seperti produsen perangkat dan pembuat konten digital, untuk mendorong adopsi dan mengatasi hambatan yang kita lihat hari ini.”
Selanjutnya, 5G tersedia secara komersial di 14 pasar, termasuk India dan Vietnam, yang akan diluncurkan dalam beberapa bulan mendatang. Teknologi dan layanan seluler juga terus memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Asia Pasifik, menghasilkan 5 persen dari PDB kawasan itu pada tahun 2021, yang setara dengan nilai ekonomi sekitar US$770 miliar.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa internet seluler termasuk layanan 3G dan 4G akan meningkatkan sekitar 8,8 juta pekerjaan pada tahun 2021 dan memberikan kontribusi besar bagi pendanaan sektor publik, dengan sekitar US$80 miliar dikumpulkan melalui perpajakan.
Menurut laporan GSMA, pada tahun 2025, akan ada lebih dari 400 juta koneksi 5G, setara dengan lebih dari 14 persen dari total koneksi seluler.
“Kemajuan maju di negara-negara seperti Australia, Jepang dan Korea Selatan dan di Singapura 5G diperkirakan akan mencapai 55 persen koneksi negara itu pada tahun 2025,” kata perusahaan itu dalam laporannya.
Selain itu, laporan tersebut juga menyoroti berbagai kasus penggunaan 5G dan aktivitas terkait lainnya di wilayah tersebut.
Korea Selatan memiliki rencana untuk menghabiskan $ 186,7 juta untuk menciptakan ekosistem metaverse-nya, dan Otoritas Pariwisata Thailand memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pariwisata di negara itu, dan menempatkan taruhannya pada layanan 5G.
Baca juga: Samsung menjadikan inovasi dan konektivitas “yang dapat dilipat” sebagai pemimpin industri
Baca juga: Sektor telekomunikasi China mencatat pertumbuhan selama Januari-Mei 2022
Baca juga: Xiaomi menyiapkan ponsel “entry level” Redmi 10 Prime+ 5G
Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Redaksi Pandai 2022