Jakarta (Partaipandai.id) – Pakar ilmu komunikasi yang juga Ketua Umum Ikatan Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Bandung, Dr Pitoyo, SS, M.IKom mengingatkan masyarakat tentang pentingnya berhati-hati dalam bermedia sosial. .
Menurut Pitoyo, berhati-hati saat berbicara atau memposting pesan di media sosial itu penting, terutama yang berkaitan dengan isu seks, agama, dan politik.
“Isu seks, agama, dan politik, ketiganya masuk dalam kategori tema sensitif dan multitafsir untuk diperbincangkan di media sosial. Ketiganya juga paling banyak menimbulkan pro dan kontra yang menyulut emosi,” jelas Pitoyo dalam webinar literasi digital “Indonesia semakin digital” yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk komunitas digital di wilayah Bali – Nusa Tenggara, Selasa.
Tak jarang, kata dia, permasalahan tersebut berujung pada ujaran kebencian dan pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).
Oleh karena itu, Pitoyo berpesan kepada warganet agar bisa membedakan antara sesuatu yang pribadi dan pribadi. “Privasi itu seperti urusan pekerjaan dan rumah tangga. Sedangkan pribadi, misalnya status dan keluarga. Jaga percakapan pribadi tetap pribadi,” katanya.
Sementara dosen Ilmu Komunikasi Institut Islam Hamzanwadi (IAI) NW, Lombok Timur, Rizky Wulandari mengatakan meskipun kebebasan berekspresi adalah hak setiap orang, dalam beberapa keadaan kebebasan itu juga bisa menjadi ancaman karena kita juga harus menghormati privasi orang lain. yang lain.
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
“Mengutip Anne Weber, ada risiko konflik antara kebebasan berekspresi dan larangan segala bentuk kebebasan berekspresi yang mengandung unsur kebencian,” kata Kiky – panggilan akrabnya – di depan para peserta. webinar bertajuk “Menjadi Netizen Bijak di Media Sosial” yang juga banyak diikuti oleh komunitas digital di Lombok Tengah.
Menurut Kiky, fakta menunjukkan bahwa ujaran kebencian dan kebebasan berekspresi telah mewarnai kehidupan manusia. Sementara itu, media sosial telah menjadi saluran komunikasi bagi setiap individu untuk mewujudkan keinginan akan kebebasan berekspresi.
“Untuk itu, penting untuk bersikap sopan di media sosial,” ujarnya.
Kiky menambahkan, ada lima cara mudah menjaga etika di ruang digital. Diantaranya menggunakan bahasa yang santun, menghindari informasi sensitif (SARA), menghargai karya orang lain (masukkan sumber), bijaksana dalam menyampaikan informasi (secara tidak langsung). Bagikan), dan meminimalkan informasi pribadi.
Webinar #MakinCakapDigital 2022 yang merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital ini diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerjasama dengan Siberkreasi dan mitra jaringan lainnya.
Kegiatan yang rencananya akan digelar hingga awal Desember ini diharapkan mampu memberikan arahan kepada masyarakat dalam melakukan aktivitas digital.
Aktivitas webinar yang merupakan bagian dari program literasi digital di 34 provinsi dan 514 kabupaten, selalu membahas setiap tema dari sudut pandang empat pilar utama, yaitu keterampilan digital, etika digital, keamanan digital, dan budaya digital untuk membuat masyarakat Indonesia lebih berkemampuan digital. .
Sejak pelaksanaannya pada tahun 2017, Gerakan Nasional Literasi Digital telah mencapai 12,6 juta warga. Pada 2022, Kominfo menargetkan memberikan pelatihan literasi digital kepada 5,5 juta warga.
Baca juga: Menumbuhkan talenta digital untuk Indonesia yang gemilang
Baca juga: Kemenkominfo-GNLD Siberkreasi Luncurkan 58 Buku Literasi Digital
Baca juga: Orang tua berada di garis depan melindungi anak-anak dari kejahatan dunia maya
Wartawan: Suryanto
Redaktur: Alviansyah Pasaribu
Redaksi Pandai 2022