Padang (Partaipandai.id) – Perjuangan Pablo selama tiga bulan menggarap karya bertajuk “Pesisir Selatan” tidak sia-sia. Dia terkadang harus begadang dan pergi kesana kemari mencari bahan-bahan yang diperlukan.
Karya tersebut menjadi titik tolak penting bagi seniman muda tersebut. Sekretariat komunitas Rumah Ada Seni (RAS) di Jalan Puma Nomor 15, Dadok Tunggul Hitam, Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat, menjadi saksi bisu bagaimana perjuangan pria 27 tahun itu dalam mempersiapkan karyanya.
Agar tidak salah paham, Pablo yang dimaksud di sini bukanlah Pablo Ruiz Picasso, pelukis revolusioner terkenal, melainkan Rizky Dwi Eka Putra. Putra kedua dari pasangan Mardan dan Darmainis, saat ini masih tercatat sebagai mahasiswa Jurusan Seni Rupa di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Padang.
Pablo awalnya hanya nama panggilan di lingkungan kampus tempat ia kuliah, namun lama kelamaan atribut tersebut semakin melekat hingga akhirnya ia menjadi panggilan utamanya.
Melalui karyanya yang berjudul “Pesisir Selatan”, Pablo berhasil lolos seleksi sebagai peserta Pameran Seni Rupa Kontemporer Manifesto VIII Indonesia.
Pameran ini merupakan acara berskala nasional dua tahunan yang diadakan oleh Galeri Nasional Indonesia, sebuah galeri besar yang diincar oleh banyak seniman di Indonesia, untuk memamerkan kreasi mereka.
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Pameran akan berlangsung secara offline mulai 27 Juli hingga 26 Agustus 2022 dengan diikuti 103 seniman dari berbagai daerah di Indonesia.
Sebagai seorang seniman, Pablo telah membuat kemajuan yang signifikan dalam karirnya sebagai seorang seniman.
Menuju Galeri Nasional Indonesia atau yang biasa disingkat Galnas bukanlah perkara mudah karena tidak semua karya berkesempatan tampil di sana. Mereka yang karyanya dinyatakan lolos seleksi bisa dikatakan terbaik.
Galnas, kediaman seniman ternama Indonesia, seperti Raden Saleh, Affandi, Hendra Gunawan, dan lainnya, dikenal memiliki standar dan cita rasa tinggi dalam mengkurasi setiap karya yang akan dipamerkan.
Misalnya Pameran Seni Rupa Kontemporer Indonesia Manifesto VIII yang diikuti Pablo. Jumlah seniman yang terdaftar sebanyak 613 orang. Setelah melalui proses kurasi, akhirnya yang dinyatakan layak memamerkan karya-karyanya berkurang menjadi hanya 103 seniman.
Salah satu seniman tersebut adalah Pablo dengan karya mmedia tetap berukuran 120X100 sentimeter. Karyanya mirip dengan lukisan tetapi ada perbedaan dari segi bahan.
Ditelusuri, ternyata tema karya tersebut terinspirasi dari bencana yang pernah terjadi di kampung halamannya 11 tahun lalu, tepatnya pada November 2011.
Saat itu, Kabupaten Pesisir Selatan diguyur hujan deras dari pagi hingga malam sehingga menyebabkan banjir di 10 kecamatan (Basa IV Balai Tapan, Batang Kapas, Bayang, Koto IX Tarusan, Lengayang, Linggo Sari Baganti, Lunang Silaut, Pancung Soal , Zona Pesisir, dan Sutera). ).
Enam sungai besar dilaporkan meluap, diperparah abrasi akibat gelombang laut yang tinggi. Ribuan rumah terendam banjir, empat orang meninggal dunia, dan lebih dari 52 ribu orang mengungsi.
Arti peristiwa
Dari bencana itu, Pablo menggali untuk memaknai peristiwa dan sekaligus mencoba mengambil pelajaran dari fenomena alam yang terjadi.
Ia mengaku banyak belajar dari bencana tersebut. “Saya kira bencana adalah proses menuju keseimbangan. Setiap akibat akan mengacu pada suatu sebab,” katanya.
Dalam pemahamannya, air yang merupakan sumber kehidupan ternyata memiliki makna lain bagi masyarakat Pesisir Selatan.
Hal itulah yang coba diungkap oleh Pablo untuk diwujudkan dalam bentuk visual. Maka tidak heran jika dalam karyanya “Pesisir Selatan” terdapat lambang H2O (rumus kimia air).
Simbol H2O tampak berserakan di kanvas, dengan teknik budidaya timbul. Pewarnaan terlihat gelap dan suram bagi pemirsa.
Tampaknya itulah cara Pablo membawa pendengarnya ke dalam atmosfir bencana yang menjadi dasarnya.
Pablo dalam kesehariannya dikenal sebagai orang yang mudah tertawa dan slengean. Dia suka mendiskusikan hal-hal konyol lalu menertawakannya bersama.
Namun dalam hal pekerjaan, mahasiswi angkatan 2016 ini tidak mau berkompromi, juga tidak mau main-main. Ia memiliki sikap dan pandangan tersendiri dalam penciptaan karya.
Dalam sikap dan menyikapi segala persoalan hidup, Pablo mengaku cenderung mengacu pada agama dan adat. Keduanya merupakan titik awal dalam menyelesaikan masalah.
Pemahaman tersebut akan memunculkan cara pandang yang berbeda dari cara pandang yang biasa digunakan. Pergeseran cara pandang diyakini mampu menghadirkan peluang yang variatif ketimbang stigma konservatif.
Dengan kompleksitas Adat syarak dasar, syarak kitab Allah yang menjadi falsafah alam Minangkabau, baginya, bila dibaca bisa mengurai segala macam persoalan.
Pablo percaya bahwa ketika dibingkai oleh agama dan adat, individu akan dibawa ke kesimpulan dalam melihat seni.
Pekerjaan itu seperti kelahiran bayi, yang tidak bisa memilih rahim mana yang akan dilahirkan. “Dalam hal ini saya seperti dokter yang hanya membantu proses persalinan,” ujarnya.
Untuk karya visual seorang remaja yang menggemari seni rupa sejak SMA, ia menggunakan metode penyederhanaan dengan menggunakan permainan logika, yang pada kenyataannya masih memperumit hal-hal sederhana.
Baginya, pameran di Galnas akan memiliki arti eksistensi, karena namanya akan terbaca di peta seni rupa Indonesia. Sebagai seniman dari Sumatera Barat.
Setelah Galnas, Pablo menetapkan target berikutnya, yakni pameran internasional di luar negeri.
Namun, dia tidak ingin meremehkan galeri lain di Tanah Air, khususnya Sumbar. Ia terus memberikan apresiasi dan apresiasi yang tinggi kepada galeri-galeri yang bermunculan untuk mewadahi karya-karya seniman.
Skor Pablo menjadi kabar baik bagi komunitas RAS Padang. Karena selain berkarya atas nama individu, ia juga tercatat sebagai seniman di bawah naungan komunitas seniman.
“RAS senang dengan prestasi Pablo. Selama ini dia konsisten dalam menghadirkan karya seni,” kata Ketua RAS Yusuf Fadly Aser.
Alumni S2 ISI Yogyakarta ini mengatakan, prestasi Pablo juga akan menularkan semangat positif bagi para seniman di Padang untuk berkarya, khususnya di komunitas tempat Pablo berkumpul.
Baginya, Pablo adalah seniman yang menikmati proses, selalu aktif mengikuti berbagai hal acaraserta pameran hingga saat ini.
Setelah Pablo, diharapkan akan lahir seniman-seniman berikutnya yang selalu menciptakan karya-karya hebat untuk mewarnai khasanah dunia seni rupa di tanah air.
Editor: Achmad Zaenal M
Redaksi Pandai 2022