memuat…
Survei BRI Research Institute menyebutkan, aktivitas bisnis UMKM terus meningkat. FOTO/dokumen. SINDOnews
“Peningkatan ini didukung oleh beberapa faktor, yaitu pertama, pandemi Covid-19 yang mulai mewabah sehingga mendorong peningkatan aktivitas masyarakat di luar rumah dan peningkatan permintaan barang dan jasa,” menurut hasil survei BRI Research Institute, dikutip Senin (13/2/2019). 2023).
Sekedar informasi, kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik pascapandemi membuat Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) terus berkembang. Alhasil, bisnis UMKM terus tumbuh dan tangguh di tengah kekhawatiran resesi global. Hal ini tercermin dari aktivitas bisnis UMKM yang meningkat pada triwulan IV tahun 2022, dimana Indeks Bisnis UMKM meningkat dari 103,2 (Q3-2022) menjadi 105,9 (Q4-2022).
Baca juga: Raih Laba Rp51,4 Triliun, Erick Thohir Apresiasi Keberhasilan BRI Lakukan Efisiensi
Peningkatan tersebut didukung oleh beberapa faktor yaitu meningkatnya aktivitas masyarakat di luar rumah sejalan dengan pandemi Covid-19 yang mulai mewabah menyebabkan permintaan barang dan jasa juga meningkat, kemudian penerapan kembali PTM ( pembelajaran tatap muka) dan WFO (Work From Office). ) mendorong peningkatan permintaan produk/jasa sejumlah kegiatan usaha dan perayaan HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) berupa libur natal dan akhir tahun serta menyambut perayaan tahun baru.
Selain itu, pada Q4-2022 banyak proyek pemerintah yang harus diselesaikan sebelum tutup buku di akhir tahun, sehingga memberikan peluang bisnis bagi pelaku UMKM di sektor konstruksi, dimana peningkatan permintaan direspon oleh pelaku UMKM dengan peningkatan produksi. dan harga jual barang/jasa mereka, sehingga omzet usaha di Q4-2022 juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Peningkatan indeks usaha UMKM terjadi pada semua sektor usaha, kecuali sektor pertanian. Penurunan sektor pertanian terutama disebabkan oleh musim tanam tanaman pangan yang jatuh setiap tahun pada Q4 (sehingga hasil panen kecil), musim hujan menyebabkan tanaman hortikultura membusuk dan sulit melaut (untuk nelayan). , harga barang input (terutama pupuk) mahal dan langka. di beberapa daerah.
Sejalan dengan kenaikan indeks bisnis, sentimen bisnis UMKM juga meningkat signifikan. Hal ini terkait dengan kehidupan yang semakin normal pascapandemi, aktivitas ekonomi yang meningkat dan diikuti dengan pemulihan daya beli masyarakat. Sementara itu, penghapusan PPKM, acara jelang HBKN (bulan puasa) dan prospek ekonomi yang tetap baik dinilai berdampak positif terhadap kinerja usaha debitur.
Baca juga: Laba Bersih BRI Capai Rp51,4 Triliun di 2022, Naik 67%
Tren omzet usaha terus meningkat, bahkan semakin di atas rata-rata sebelum pandemi. Hal ini tercermin dari 27,9% (Q4-2022) pelaku UMKM yang menyatakan omzet usahanya di atas rata-rata sebelum pandemi, meningkat dibandingkan periode survei sebelumnya yang hanya 16,2%.
Oleh karena itu, sebagian besar UMKM meyakini bahwa kondisi usaha pada tahun 2023 akan lebih baik dari tahun 2022. Namun, terdapat beberapa faktor yang menjadi perhatian UMKM pada tahun 2023 yang dapat menghambat usahanya yaitu kenaikan suku bunga, resesi ekonomi dunia, kenaikan harga dan kelangkaan barang input, kenaikan harga barang dan jasa, dan juga Pandemi Covid-19.
(nng)