Jakarta (Partaipandai.id) – Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Ismail mengatakan teknologi satelit merupakan pilihan tepat untuk mengatasi masalah pemerataan akses internet bagi masyarakat luas. negara dengan negara kepulauan seperti Indonesia.
“Dengan satelit, titik-titik terpencil dapat dijangkau dengan relatif mudah dan merata. Teknologi satelit melengkapi berbagai infrastruktur sinyal dan akses internet yang telah dibangun Kementerian Komunikasi dan Informatika, seperti jaringan backbone internet berkecepatan tinggi dan ribuan BTS 4G di perbatasan. , terluar, dan tertinggal. (3T),” kata Ismail dalam siaran pers, Selasa.
Baca juga: Menkominfo optimistis operasional komersial HBS sesuai jadwal
Selanjutnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika juga melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat untuk memastikan kemajuan pembuatan satelit di Boeing, SpaceX, dan Hughes Network System.
Perusahaan manufaktur satelit Boeing untuk proyek tersebut Satelit Cadangan Panas (HBS). SpaceX adalah penyedia peluncur roket untuk HBS. Sementara itu, Hughes Network System adalah perusahaan yang menyediakan solusi broadband untuk satelit dengan teknologi Satelit Throughput Tinggi (HTS) yang digunakan oleh HBS.
Sebelumnya, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Maret lalu telah menandatangani kontrak proyek HBS dengan pemenang lelang Konsorsium Nusantara Jaya.
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Konsorsium Nusantara Jaya merupakan gabungan dari beberapa perusahaan yaitu PT Satellite Nusantara Lima, PT DSST Mas Gemilang, PT Pasifik Satelit Nusantara, dan PT Palapa Satelit Nusa Sejahtera.
Baca juga: Kominfo: Pembangunan infrastruktur untuk mendukung transformasi digital
Direktur BAKTI Kemenkominfo Anang Latif menjelaskan, ada beberapa alasan mengapa pengembangan proyek HBS ini penting.
HBS dipilih dalam rangka memberikan dukungan backup untuk memitigasi risiko yang mungkin terjadi pada satelit SATRA-1. Selain memiliki fungsi utama sebagai backup untuk SATRIA-1, penyediaan HBS bertujuan untuk meningkatkan kecepatan internet dan meningkatkan kecepatan internet. pengalaman pengguna,” jelasnya.
Proyek HBS sudah berlangsung sejak 19 Oktober 2021, saat Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui BAKTI melakukan pengadaan. Hal tersebut berpedoman pada Peraturan Direktur Utama BAKTI Nomor 4 Tahun 2021 tentang Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Dalam Penyediaan Satelit Cadangan Panas Untuk Transformasi Digital.
Program HBS direncanakan mulai dibangun pada tahun 2022 dan akan diluncurkan pada kuartal pertama tahun 2023. Diharapkan pada kuartal keempat tahun 2023 sudah dapat beroperasi untuk melayani masyarakat.
Selain mengunjungi Boeing, SpaceX dan Hughes Network System, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate juga bertemu dengan Qualcomm, Cisco, Maxar, dan Meta.
Baca juga: Kominfo meninjau kemajuan pembuatan satelit di Boeing dan SpaceX
Baca juga: Proyek SATRIA-1 memasuki tahap pengembangan 68,3 persen
Baca juga: Menyambut era digital dengan satelit
Wartawan: Arnidhya Nur Zhafira
Redaktur : Suryanto
Redaksi Pandai 2022