Memuat…
Letnan Jenderal TNI (Purn) Prof. dr. H.Ibnu Sutowo. D.sc. FOTO/dokumen. Spesial
Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan Ibnu Sutowo tidak hanya terkait migas tetapi juga kebijakan di luar migas. Kebijakan yang dikeluarkan Ibnu Sutowo dalam eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi antara lain merintis berbagai jenis kerjasama dengan perusahaan asing dengan menggunakan sistem kontrak bagi hasil (production sharing contract/PSC) dan membentuk anak perusahaan untuk mendukung kinerja Pertamina.
Tak hanya itu, Ibnu Sutowo juga telah melahirkan ahli migas dengan mendirikan Akamigas Cepu dan APP Bandung untuk membangun klinik bersalin dan rumah sakit Pertamina di Jakarta. Selain minyak dan gas, Ibnu Sutowo juga membangun pabrik Krakatau Steel, pabrik pupuk di Gresik, serta membangun pabrik karung dan plastik.
Baca juga: Sosok Ibnu Sutowo, mantan Direktur Pertamina yang diberhentikan Soeharto
Selain itu, banyak kegiatan Pertamina yang dilakukan untuk kepentingan umum seperti pembangunan gedung sekolah di Sumatera Utara, Kebayoran Baru dan Pangkalan Brandan, gereja di Irian Barat, klinik di setiap unit wilayah kerja Pertamina, pendirian wisma tamu. dan pembangunan bandara di Cirebon.
Semua itu dilakukan Ibnu Sutowo sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat. Ibnu Sutowo sebelum menjadi kapten Pertamina adalah seorang dokter dan tentara. Awal mula kiprah migas Indonesia baru dimulai pada tahun 1968 yang ditandai dengan terbentuknya PN Pertamina. Sosok Ibnu Sotowo memiliki peran penting, sehingga Pertamina menjadi sebesar saat ini.
Setelah penyatuan antara Permina dan Pertamina saat itu, langkah pertama yang dilakukan Ibnu Sutowo adalah melakukan konsolidasi dalam organisasi Pertamina. Dalam kebijakan ini prioritas proyek baja yang dirancang pada tahun 1970 adalah PT. Krakatau Steel yang merupakan kelanjutan dari pabrik baja Cilegon yang terbengkalai.
Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah RI No. 35 Tahun 1970 tanggal 31 Agustus 1970 proyek pabrik baja Trikora Cilegon dibubarkan dan didirikan Krakatau Steel. Pembangunan Krakatau Steel bertujuan untuk menyelesaikan pembangunan Proyek Baja Cilegon serta mencari dan mengembangkan usaha industri baja dalam arti seluas-luasnya di daerah lain di Indonesia atau tempat lain. Pabrik tersebut akan menyediakan segala kebutuhan besi untuk proyek-proyek Pertamina maupun perbaikan kilang minyak.
Sebagai wujud kepedulian Ibnu Sutowo terhadap pembangunan pertanian, Pertamina mendirikan Pabrik Petrokimia di Gresik. Pabrik Petrokimia Gresik memproduksi pupuk seperti Pupuk Sriwijaya. Pabrik Petrokimia Gresik diresmikan pada 10 Juli 1972.
Pertimbangan membangun pabrik petrokimia adalah Indonesia berpotensi memiliki masa depan yang cerah bagi perkembangan industri petrokimia. Pada tahun 1972, pabrik Pupuk Pusri II didirikan, melanjutkan pabrik Pupuk Pusri I.