Film Dokumenter “The White Balance” menyajikan reportase Bom Bali 2002

Tidak bisa dihapus dari sejarah Bali

Denpasar (Partaipandai.id) –

Sebuah film dokumenter berjudul “The White Balance” karya jurnalis senior Sigit Purwono yang menyajikan banyak pemberitaan tentang Bom Bali 2002 diluncurkan di Denpasar, Bali, Jumat jelang peringatan 20 tahun tragedi kemanusiaan itu.

Peluncuran film ini digagas oleh Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Bali dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Denpasar dengan tujuan untuk memperkenalkan liputan jurnalis senior Sigit Purwono yang saat itu masih menjadi jurnalis TVRI yang disajikan di Bali.

Ketua IJTI Wilayah Bali, Ananda Bagus mengatakan peluncuran film ini penting bagi anggota IJTI untuk memahami apa yang harus dilakukan ketika sebuah peristiwa besar terjadi.

Kami menghargai dan mendukung penuh meluncurkan film bom Bali. Film dokumenter ini menceritakan perjalanan dari awal kejadian hingga akhir atau pada saat pemakaman seorang teroris. Dari film dokumenter ini, rekan-rekan jurnalis televisi juga harus tahu pentingnya pengarsipan file liputan berita, yang nantinya bisa dirangkai menjadi sebuah cerita perjalanan panjang,” kata Bagus yang juga wartawan Kompastv Bali.

Baca juga: Festival Film Jurnalis Indonesia 2022 pilihan 123 film

Sigit Purwono saat peluncuran film “The White Balance” mengatakan bahwa film dokumenter yang selesai pada tahun 2006 ini ia kumpulkan selama 20 tahun dan cara penyajiannya berbeda dengan film dokumenter lainnya dimana dalam pembuatan film ini tidak menggunakan script atau scene engineering. .

“Sebenarnya saya tidak ada keinginan untuk menyakiti atau membangkitkan kembali luka lama, terutama orang Bali. Makanya saya simpan selama 20 tahun. Saya tidak mau menambahkan teks, kata apa, saya tidak mau minat dalam film ini. Ya, seperti itu. Sebagai jurnalis, saya menyajikan fakta seperti itu,” katanya.

Dikatakannya, film berdurasi 65 menit itu awalnya dalam proses pembuatan kompetisi film dokumenter. Namun, menurut pengakuannya, penting baginya untuk menjadikan karya jurnalistik ini sebagai fakta sejarah yang perlu diabadikan dalam sebuah karya yang bisa dinikmati oleh banyak orang.

“Saya ingin menjadikan film ini sebagai digital footprint, edukasi, referensi, literasi, tidak hanya bagi masyarakat Bali, tetapi juga bagi dunia internasional tentang bagaimana kasus terorisme bom Bali terjadi,” kata Sigit.

Dalam penyajiannya, film yang berjudul “White Balance” ini terinspirasi dari teknik keseimbangan putihistilah populer untuk pemotretan dalam dunia fotografi dan pembuatan video.

“Kenapa judulnya “White Balance”. Jadi biar putih jadi putih, merah jadi merah, hitam jadi hitam. Terorisme itu perlu keseimbangan putih Mari kita memiliki perspektif yang sama terhadap kemanusiaan,” katanya.

Sigit juga menceritakan pengalaman mengabadikan gambar tragedi 20 tahun lalu. Selain dijadikan film dokumenter, Sigit juga banyak mengunggah video klip di akun YouTube Bom Bali 2002 yang terdiri dari 90 video.

“Pengalaman waktu itu ngeri banget. Karena Legian kelihatan datar. Apalagi di kamar mayat, waktu itu tidak ada masker jadi baunya sangat menyengat. Banyaknya video yang saya lihat mengunggah 90 video diunggah ke YouTube, tetapi salah satu pernyataan video Abubakar Baazir diturunkan oleh Youtube,” katanya.

Ia sendiri menceritakan bahwa peristiwa bom Bali berpengaruh pada kondisi psikologisnya, sehingga ia sendiri mengikuti program pemulihan agar tidak berdampak buruk pada dirinya.

“Sebagai jurnalis, saya sebenarnya tidak tega, tapi kami harus mendokumentasikan kejadian itu. Tidak bisa dilepaskan dari sejarah Bali. Saya ingin menampilkan realitas yang sebenarnya. Tidak berdiri di belakang kepentingan tertentu,” katanya.

Baca juga: Film Indonesia Bernafas Islami Diputar di Festival Beijing

Ida Bagus Putu Alit, salah satu dokter forensik yang saat itu bertugas di RS Sanglah juga memberikan beberapa potongan cerita ketika berhadapan dengan ratusan mayat manusia akibat tragedi bom tersebut.

Film dokumenter ini membuat saya bernostalgia ketika mengidentifikasi 203 jenazah. Tapi ada 3 jenazah yang tidak bisa diidentifikasi. Saat itu kami tiga orang dokter forensik Sanglah dan ini kejadian pertama. Jadi pengalaman baru dan mengidentifikasi ratusan jenazah. , tapi berkat bantuan liputan media, data ante-mortem korban dari luar negeri membantu kami untuk mengidentifikasi post-mortemkata Dokter Alit.

Pemutaran perdana film dokumenter Bom Bali 2022 itu juga dihadiri sejumlah wartawan senior yang bersama Sigit meliput seluruh peristiwa Bom Bali.

Reporter: Rolandus Nampu
Redaktur : Suryanto
Redaksi Pandai 2022

Sumber

Share This Article
Leave a Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *