Setiap negara memiliki keunikannya masing-masing sehingga memerlukan cara penanganan yang khusus.
Badung (ANTARA) – Indonesia telah menyiapkan sejumlah strategi agar Pertemuan Putaran II Anti-Corruption Working Group (ACWG) di Badung, Bali, 5-8 Juli menyepakati sejumlah usulan Indonesia saat menyusun dokumen kebijakan peningkatan audit. kapasitas. untuk pemberantasan korupsi.
Ketua/Ketua ACWG Putaran ke-2 Mochamad Hadiyana saat konferensi pers di Badung, Bali, Senin (4/7), menjelaskan bahwa pembahasan strategi dilakukan setelah Putaran I ACWG di Jakarta, dan kemudian saat pertemuan di Badung, Bali.
“Kami meminta masukan dari negara anggota G20 melalui email karena ada lingkaran email (Jaringan surat elektronik G20, ed.). Kami mempresentasikan hasil diskusi ACWG pertama, lalu mereka menyampaikan masukan (masukan, red.),” kata Hadiyana menjawab pertanyaan ANTARA saat konferensi pers di Badung.
Langkah lain, Indonesia juga gencar melakukan lobi, salah satunya melalui pertemuan bilateral dengan negara-negara yang diyakini keberatan dengan usulan RI terkait isu peningkatan kapasitas audit dalam pemberantasan korupsi.
Dari berbagai lobi dan pertemuan tersebut, Indonesia juga menjalin kerja sama dengan Australia, yang pada ACWG tahun ini juga mengisi posisi ketua (ketua bersama).
Lobi terhadap delegasi G20, kata Hadiyana, juga akan dilakukan di sela-sela pertemuan ACWG Putaran ke-2.
“Ada pendekatan khusus untuk negara-negara yang keberatan (usulan Indonesia). Kami coba pendekatan sehingga akhirnya mendukung,” kata Hadiyana yang saat ini menjabat sebagai Deputi Bidang Informasi dan Data Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada kesempatan yang sama, Ketua ACWG Rolliansyah Soemirat mengatakan bahwa Indonesia memahami bahwa tidak ada satu sistem penanganan korupsi yang dapat diterapkan di semua negara.
Artinya setiap negara memiliki kekhasan masing-masing, sehingga memerlukan metode penanganan yang unik, atau sesuai dengan kondisi hukum di negaranya masing-masing, ujar Rolliansyah yang akan memimpin pembahasan peningkatan kapasitas audit pada forum ACWG Round 2.
Rolliansyah yang juga Direktur Kerjasama Politik dan Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri, kemudian meluruskan keberatan beberapa negara terhadap usulan Indonesia terkait isu peningkatan kapasitas audit.
“Ada beberapa pandangan dari negara lain. Itu bukan penolakan, penolakanatau sentimen negatif, namun usulan delegasi Indonesia terkait peningkatan peran audit dalam pemberantasan korupsi ternyata dihadapkan pada kenyataan bahwa perlu pemikiran, mendekati (pendekatan, red.) yang relatif memberi ruang bagi perbedaan di berbagai negara,” ujarnya.
Indonesia pada pertemuan ACWG berupaya mencari titik temu, atau norma dan standar yang telah dimiliki bersama oleh negara-negara G20 terkait isu peningkatan peran audit dalam pemberantasan korupsi.
“Kami berharap apa yang kami tawarkan memberi nilai tambah, Nilai ditambahkan. Kalau ada yang bisa diikat, ada norma, standar yang berlaku di masing-masing negara, mari kita gaungkan bersama dan jadikan norma yang berlaku bersama setidaknya di negara-negara G20,” ujarnya.
Peningkatan peran audit dalam pemberantasan korupsi merupakan salah satu isu yang diajukan Indonesia yang didukung oleh delegasi negara anggota G20 untuk dibahas pada pertemuan tingkat tinggi (prinsip tingkat tinggi).
Jika anggota G20 menyetujui usulan Indonesia, Indonesia akan berkontribusi pada upaya global memerangi korupsi.
Putaran ACWG ke-2 pada tanggal 5–8 Juli dihadiri oleh delegasi G20 dari sembilan negara yang akan hadir secara langsung, sedangkan delegasi G20 dari 11 negara menghadiri pertemuan virtual tersebut.
Baca juga: ACWG ke-2 fokus pada peningkatan audit dalam pemberantasan korupsi
Baca juga: KPK terus membahas empat isu prioritas di putaran kedua ACWG G20
Reporter: Genta Tenri Mawangi
Redaktur: D.Dj. Kliwantoro
HAK CIPTA © ANTARA 2022