Semua itu saya rangkum dalam konsep M-Leadership yaitu move, memotivasi, dan membuat perbedaan.
Jakarta (Partaipandai.id) – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menerima gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Negeri Semarang (Unnes), Jawa Tengah, Sabtu.
Gelar kehormatan diberikan kepada Moeldoko di bidang Manajemen Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program Studi Ilmu Manajemen Pascasarjana Unnes, sebagaimana dijelaskan Kantor Staf Presiden (KSP) yang diterima di Jakarta.
Dalam orasi ilmiahnya, Moeldoko memaparkan konsep Kepemimpinan Menuju Indonesia Maju 2045. Konsep tersebut diberi nama M-Leadership yaitu bergerak (bergerak), termotivasi (memotivasi), dan membuat perbedaan (membuat perbedaan).
Moeldoko menjelaskan bahwa konsep kepemimpinan M-Leadership merupakan perpaduan antara gaya kepemimpinan militer, bisnis dan sipil.
Konsep tersebut lahir dari perjalanan Moeldoko saat menjabat Panglima TNI 2013-2015, kemudian menekuni dunia usaha setelah pensiun, dan saat menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan.
“Di tiga dunia ini saya menemukan ganjalan penting, yaitu efisiensi memenangkan persaingan dan keberanian untuk tidak mau kalah dengan orang lain,” ujarnya.
Untuk mewujudkan Indonesia maju di tahun 2045, kata dia, Indonesia harus keluar dari zona nyamannya dan menciptakan arena persaingan dengan kecepatan, keunggulan, diferensiasi, harga, dan kemampuan merebut pasar di negaranya sendiri.
Dia mencontohkan bagaimana Amerika Serikat bersaing dengan Rusia di bidang sains dan politik. Moeldoko juga mencontohkan Korea Selatan yang mampu menghasilkan teknologi dan sumber daya manusia yang unggul meski tidak memiliki kekayaan sumber daya alam (SDA).
“Indonesia itu lengkap, memiliki sumber kekayaan yang melimpah, memiliki teknologi yang terus berkembang, juga memiliki banyak orang. Kita harus bisa mengelolanya dengan baik, dan berani terjun menjadi bangsa yang lebih maju dan besar. Untuk itu, kita harus menciptakan kompetisi,” ujarnya. .
Baca juga: Moeldoko: Pemerintah siapkan skenario antisipasi tantangan 2023
Baca juga: Moeldoko: Langkah Indonesia sangat efektif mencegah krisis pangan
Moeldoko juga mengingatkan bahwa Indonesia saat ini sedang menghadapi tantangan global. Menurutnya, Indonesia harus mampu menjawab tantangan fenomena global yang berubah sangat cepat, penuh risiko, rumit, dan penuh kejutan, termasuk ancaman krisis pangan, energi, dan finansial.
Dari tantangan tersebut, kata Moeldoko, Indonesia memiliki permasalahan terkait daya saing di tingkat dunia. Hal ini terlihat dari indikator Human Capital Index (HCI) dan Human Development Index (HDI).
HCI Indonesia berada di posisi 96 dari 174 negara, dan HDI Indonesia berada di posisi 107 dari 189 negara di dunia.
Untuk menjawab berbagai tantangan tersebut, menurut Moeldoko, ke depan Indonesia harus berani memimpin perubahan dengan berbekal tiga hal, yaitu pertama kemampuan bertumbuh. keterdesakan atau kesadaran akan bahaya yang menanti jika mempertahankan kondisi yang ada.
Kedua, kemampuan untuk menunjukkan visi yang jelas kepada anggota organisasi, dan ketiga kemampuan untuk menjadi contoh atau panutan panutan dalam perubahan.
“Saya merangkum semua itu dalam konsep M-Leadership, itu adalah bergerak, memotivasi, dan membuat perbedaandia berkata.
Sementara itu, Rektor Unnes Prof. Dr. Fathur Rokhman mengatakan Moeldoko mendapat gelar doktor honoris causa karena perannya dalam membangun sumber daya manusia, industri energi dan pangan untuk menghadapi kompleksitas krisis global dan ketidakpastian dunia modern. dunia.
Pemikiran dan terobosan Moeldoko, kata dia, diwujudkan dengan melakukan inovasi ketahanan pangan melalui budidaya sorgum, mendorong transformasi menuju sumber energi baru terbarukan dengan pengembangan mobil listrik, dan pemberdayaan masyarakat melalui program reforma agraria bersama kementerian/lembaga.
Di bidang sumber daya manusia, kata Fathur, Moeldoko telah mencanangkan program Sekolah Staf Presiden sebagai inkubator kepemimpinan nasional dalam mencetak pemimpin masa depan.
“Ini adalah warisan yang besar bagi bangsa karena manfaatnya yang berkelanjutan,” kata Fathur.
Reporter: Indra Arief Pribadi
Redaktur: D.Dj. Kliwantoro
Redaksi Pandai 2022