Jakarta (Partaipandai.id) – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Boy Rafli Amar mengajak 9.000 mahasiswa baru Universitas Indonesia (Mahasiswa UI) untuk selalu mengingat empat konsensus bangsa Indonesia yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945.
“Intinya, empat musyawarah rakyat Indonesia mengakui perbedaan Sabang sampai Merauke, tetapi memiliki satu tujuan yaitu kuatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” kata Boy dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu. Jakarta, Senin.
Nilai-nilai Indonesia yang pluralis, toleran, mengedepankan persatuan dan kesatuan, lanjutnya. Oleh karena itu, ia mengajak mahasiswa UI untuk berada di garda terdepan melindungi Indonesia dari ideologi-ideologi yang bertentangan dengan bangsa ini.
Undangan tersebut disampaikan Boy Rafli Amar saat memberikan kuliah umum terkait Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Sebanyak 9.000 Mahasiswa Baru UI mengikuti PKKMB yang berlangsung di Depok, Jawa Barat, Senin (8/8).
Selain Kepala BNPT, Kuliah Umum juga diisi oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan anggota Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia Habib Luthfi bin Yahya.
Baca juga: Kepala BNPT: Pendidikan karakter untuk membendung ideologi transnasional
[ruby_related heading=”More Read” total=5 layout=1 offset=5]
Baca juga: BNPT bekerjasama dengan UB dan UMM untuk mencegah jaringan teroris di kampus
Mantan Kapolda Papua dan Banten ini mengatakan, selain mencari dan mengembangkan ilmu sesuai dengan fakultasnya masing-masing, tak kalah pentingnya bagi mahasiswa UI untuk membangun dan memelihara karakter Indonesia.
“Karakter Indonesia itu plural, toleran, berjiwa patriotik, dan punya semangat bela negara,” kata Boy Rafli.
Ia berpandangan bahwa semangat peduli Indonesia perlu terus ditumbuhkan di tengah derasnya arus kemajuan teknologi dan penyebaran ideologi transnasional, termasuk ideologi radikal terorisme. Generasi Y dan Z rentan terpapar ideologi radikal terorisme mengingat mereka adalah pengguna aktif media sosial.
“Propaganda banyak memanfaatkan derasnya arus kemajuan teknologi. Ciri-ciri propaganda antara lain bertentangan dengan konstitusi negara, memiliki tujuan tertentu seperti motif politik, menghalalkan segala cara, termasuk cara kekerasan dalam mencapai suatu tujuan,” kata Boy Rafli .
Peristiwa yang menimpa kaum muda dengan konten radikal terorisme bukan hanya isapan jempol belaka.
“Kita perlu waspada, beberapa kejadian di negara kita terkait bom bunuh diri tidak lepas dari usia remaja dan anak muda, terutama rentang usia 17 hingga 30 tahun,” katanya.
Untuk itu, Boy mengingatkan mahasiswa baru untuk lebih selektif dan waspada terhadap konten yang mereka konsumsi setiap hari.
Reporter: Putu Indah Savitri
Editor: Chandra Hamdani Noor
Redaksi Pandai 2022